24 Januari 2009

YANG TERTEMBAK TAHUN ITU

Sajak : AA MANGGENG

Unggas
dengan sayapnya
yang bertaburan di aspal jalan baru
dan rusa bermain dengan anaknya,
pincang !

Orang-orang kampung kebagian tetes darah
yang tergores pada setiap tanda tangan.

(ACEH, 1990)

19 Januari 2009

GELISAH DAN SUNYI

SAJAK AA MANGGENG

acap sekali gelisah memporak-porandakan kedamaian
sedangkan sepi datang sendiri-sendiri tanpa kawalan
sepi juga sangat kompromi bahkan terdepak diam-diam dan pergi
mencari hati yang ditinggalkan kebahagiaan.

acap sekali gelisah menghalau perasaan sunyi
sedangkan sunyi datang dalam kedangkalan perasaan
menyusup ke sela-sela rimbun kegaduhan
mencari ujudnya yang dilimbung ketidakpastian.

gelisah terungkap ketika kesunyian membuka koridor alam perasaan
dan membiarkan pertarungan berkecamuk di lorong-lorong hampa

sunyi terungkap ketika kegelisahan menutup rapat-rapat pintu hati
dan membiarkan syair-syair kerinduan dan keterasingan bernyanyi.

gelisah dan sunyi adalah percakapan
tanpa kata-kata pun
punya makna.

(ACEH’1999)

DINIHARI DI TAMAN KAMBOJA

SAJAK AA MANGGENG

(Elegi dari Idi Cut)
bunga kamboja berguguran di sebuah pedalaman
padahal angin sangat bersahabat malam itu
di jalan-jalan mencekam
isyarat kedukaan tanpa terduga

bunga kamboja berguguran di sebuah pedalaman
aromanya ditiup angin ke seluruh penjuru
siapa yang sanggup menutup rahasia duka
atas kebiadaban manusia

pohon kamboja yang tumbuh di taman kita
penghias kebun-kebun negeri
adalah dia yang lahir dari sejarah
lalu gugur bunganya
luruh daunnya
tercabut akarnya
tumbang batangnya

kamboja, bunga kamboja
seorang ibu mencari anaknya
yang terkapar di bawah rontokan bunga
dalam gelimangan darah bersama orang-orang
yang tak tahu apa-apa.

(ACEH, 3 Pebruari 1999)

MENARIK DIRI

Ini ladang kita
tempat menyemai benih cinta
tempat kita memanen nasib
dan tempat menggambar harapan-harapan
dilangit
selalu dilangit
itulah sejarah
kini langit telah berubah
jadi kanvas dan sejumlah lukisan
berbentuk angan-angan.

masih di ladang kita
cinta tumbuh dalam ruang yang sempit

(ACEH,1999)

18 Januari 2009

LENYAP - SENYAP

AA MANGGENG

Unggun kemuliaan di kamar tidur saudaraku
Telah redup oleh silau cahaya yang menyusup

Ketekunan yang ditidurkan jadi rayap-rayap
Merobohkan tiang penyangga rumah

Jangan berkata mungkin
karena pemusnahan

Jangan berkilah janji
karena mungkir

Hidupkan bara dengan napas cinta
Dan yang pergi dari keterkejutan
Adalah keriuhan yang mengabaikan sunyi

Unggun kemuliaan tepiskan silau cahaya
Dengan membuka celah lebih terbuka
Lalu tatap lekat-lekat diluar yang saudaraku anggap gelap.

Ketekunan yang dirampas rayap-rayap
Musti diganti dengan tiang keimanan
Sebab kelalaian terlalu mengendap-endap.

(ACEH’1993)

DIORAMA

SAJAK AA MANGGENG

Kita tidak perlu menangis, saudaraku
Hanya karena disiksa dan dihabisi
Sebab air mata seketika habis diseka

Kita hidupkan kesunyian yang teguh
Dan rebahkan keriuhan yang gelap

Sebentar lagi diorama kegelisahan akan dipertontonkan
Dari peran-peran pencabulan, pemerkosaan dan pembunuhan
Siapkan nurani kita menyaksikan hidup mereka

Kita hidupkan kesunyian yang teguh
Dan rebahkan keriuhan yang gelap

(ACEH’1998)

NYALA

Sajak AA MANGGENG:

nyalakan unggun dalam jiwamu, saudaraku
agar malam tidak kelamkan kehidupan
dan kita masih bisa berkirim kabar tentang kematian
pada setiap hari yang kita tunggu-tunggu itu
menjadi rutin jadinya

nyalakan unggun dalam jiwamu, saudaraku
agar semangat tetap menggelora dalam dada
dan kita tepis keraguan dijalan-jalan kebenaran
pada setiap keputusan yang kita sepakati bersama
adalah martabat kemanusiaan kita

cahaya jangan sampai silaukan ruang dan waktu
gelora jangan sampai jadi ria, saudaraku
timbang-timbangkan antara yang jihad dan dendam
agar unggun dalam jiwa memancarkan suluh kebenaran.

(ACEH’ 1999)

HPH HPHH

SAJAK AA MANGGENG:

nyiur hijau indonesiaku subur yang dinyanyikan
tidak lagi masuk dalam sukma
lagu syukur pada penutup rangkaian acara televisi
dengan hamparan keindahan alam
juga mengajak indonesia bersyukur dalam gambar
sebelum tertidur

impian putra-putri bangsa merambat kehutan-hutan
merambah rimba raya tempat berteduhnya penyanyi alam
tanpa meminta gedung-gedung pencakar untuk berlindung
di sini damai bersama pepohonan

badut-badut dengan topeng wajah majikannya
menyingkirkan suara-suara alam dan
kicau burung terusir ke padang tandus tak bertuan
indonesia berkibar ke atap-atap dunia lewat lagunya yang merdu

hari ini lembar-lembar surat keputusan
menyumbat mulut penyanyi alam yang khitmat di rimba
berteduh di bawah rimbun indonesia yang dibanggakan
berjuta-juta orang semakin tak mengerti makna
yang dilagukan
badut-badut dengan suara sumbang
membeo isi kertas yang sudah dibubuhi tanda tangan.

(NYANYIAN PANTAI SELATAN, 1990)

16 Januari 2009

Pengembara

Sajak AA Manggeng

Tuhan,

bawalah jiwaku dalam sungaiMu
hanyut dalam arus tenang dan bergelombang
singgahkan aku pada tebing-tebing rerumputan
agar aku bisa rebahkan letihku dalam embun maafMu

mata air yang berdarah
beningkan dalam cawan kemuliaan
aku ingin reguk kenikmatan dari cawan yang memabukkan
bertemu makna kesucian

Tuhan,
bawalah aku dalam kendaraanMu
melintasi lintasan persimpangan dan
singgah di rumah-rumah keteduhan
agar aku lebih lama bersimpuh dan istirah
di alam ketenangan.

Tuhan,
aku teruskan pengembaraan
ke tengah-tengah rimbun Ridha-MU.

(ACEH’ 1994) 

YANG HILANG DI MUSIM BADAI

Sajak AA Manggeng

Aku cari engkau saudaraku
yang sudah lama tidak kembali
Apakah musim badai tanah rencong ini
telah mendekapmu di penjara-penjara rahasia?

Suara tidak selalu menjadi kata, saudaraku
untuk itu ingin aku pastikan nurani
atas kehilanganmu
Apakah engkau mendengarnya
dari sukma bumi
yang bernafaskan air mata

Saudaraku,
cahaya kunang-kunang
memberi isyarat duka cita
atas kepergianmu
Jangan kuburkan kebenaran, saudaraku
hanya karena paksaaan
bersuaralah meskipun tak jadi kata
kami mendengarnya di musim gugur daun-daun muda
berumahkan pepohonan tumbang
yang tercerabut akarnya

Pastikanlah saudaraku
jika engkau bersama Tuhan
menunggu pengadilan akhir riwayat
tinggal risau kami di jalan-jalan penuh gelagat
saat manusia memutuskan keadilan dimeja hijau
adakah suaramu bergema dari kubur rahasia?
sebab ada pertanyaan yang belum terjawab:
“berapa harga kemerdekaan dibanding nyawa?”
ACEH, 1999

09 Januari 2009

TEATER MATA

Teater Mata didirikan tahun 1982 di Banda Aceh Pendiri : MASKIRBI, AA MANGGENG, T. CUT MIZARLI & INDA RUFIANI PENTAS PANGGUNG TEATER MATA 1982-2002 1. 1982 - Drama Eksperimental 1982, Monyet-Monyet 1986´- Pragmen Renungan Chairil Anwar - Drama³Putroe Ti2. 1983 - Gerak Kreatif 1988 ³Ekspresi Komposisi 1990 - Drama Granada - Drama Sketsa 3. 1984 - Drama Rebana Bunga Laut - Dramatisasi Puisi Solidaritas - Dramatisasi ? ?³Ahk? ?´ - Dramatari ? ?³Penyerangan Ka? ?²bah? ?´ - Pragmen Qurban - Musikalisasi Puisi Krueng Aceh 4. 1985 - Drama Serbuk Maut - Dramatisasi Puisi Ranub dan Daboh 5. !986 - Drama Hudep Saree Matee Syahid - Oratorium Kemerdekaan - Dramatisasi Sajak perang 6. 1987 - Drama ? ?³Oh Anunya? ?´ 7. 1988 - Musikalisasi Puisi lapar - Musikalisasi Puisi Hukla 8. 1989 - Drama Sumur Tanpa Dasar - Puisi Teateral 9. 1990 - Drama Malam Jahanam - Musikalisasi Puisi Jerit Burung 10. 1991 - Musikalisasi Puisi Kesaksian 11. 1992 - Drama ? ?³Machbeth? ?´ - Pentas Puisi Daboh dan Sajak Perang - Pentas Puisi Maskirbi kolaborasi 30 rapa? ?²I Pasee (uroh) - Drama Si Nyak 12. 1994 - Drama POMA (Luka Ibu Kita) Banda Aceh dan Jakarta (TIM) 13. 1995 - Drama POMA (Luka Ibu Kita) Banda Aceh-Yogya dan Solo 14. 1996 - Drama POMA (Luka Ibu Kita) Bandung 15. 1998 - Drama Musyawarah Burung 16. 1999 - Drama Meditasi Luka 17. 2002 - Drama ? ?³Jeeeh !? (Jalan Pintas) *****

07 Januari 2009

ISYARAT ITUKAH, IBU

Sajak : AA Manggeng

Mendung memayungi jalan
pada ketergasaanku lingkup kenangan mengajak pulang
tapi hujan memburuku di terminal waktu

aku terkurung di sini
mengenang masa kanak-kanak bersamamu
karena rindu melebihi gelisahku
jarak merubah dia menjadi rama-rama

kupikir inilah isyarat
melebihi degub berita dukacita
yang arif telah mendekapku sekian kurun waktu
merantaiku di pintu-pintu rahasia

mendung memayungi jalan
di keputusanku ada yang tak sampai ke sukmamu
berulangkali kubaca
ketuaanmu adalah buku
di lembar-lembarnya bertuliskan keabadian kasih

aku dan berikut yang lahir dari rahim
mumenterjemahkan kalimat demi kalimat
menyusun buku baru yang tak sampai-sampai
hingga hujan turun di pelataran terminal tua
membentuk gundukan tanah
tanah yang masih basah oleh kedukaan.
(ACEH)